Notification

×

Iklan

Iklan

Prabowo Berbudi Luhur, Berkarakter Jujur dan Bayang Bayang Tantangan Kemanusiaan Dalam Penyelesaian Akar Konflik Papua Barat

Juni 27, 2024 | Juni 27, 2024 WIB Last Updated 2024-06-28T11:51:03Z


WAMENA ,SUARALAPAGONEWS-  Prabowo Subianto pemimpin berbudi luhur dan berkarakter jujur dan bayang-bayang tantangan kemanusiaan dalam Penyelesaian akar konflik Papua Barat. 


Oleh Gembala Dr. A.G. Socratez Yoman


"yang paling ikhlas kepada rakyat Indonesia itu pak Prabowo" (Abdurrahman Wahid). 


1. Pendahuluan


Banyak jalan untuk melawan kejahatan negara,  pelanggaran HAM berat, ketidakadilan, rasisme, genocide, marginalisasi, kapitalisme, kolonialisme, dominasi pendatang. Salah satunya menulis buku dan mau bekerjama sama dengan pihak yang berbeda ideologi dan nasiolisme. Saya berdiri dalam posisi ini. Saya bukan pada posisi dukung mendukung. Saya berdiri pada keyakinan saya, yaitu kita boleh berbeda secara ideologis dan nasionalisme, tapi kita bersahabat atau bersaudara dalam kemanusiaan untuk mencari jalan penyelesaian akar konflik Papua Barat dengan jalan adil, damai, terhomat, bermartabat dan manusiawi.


Dalam keyakinan ini, saya mau
menggambarkan secara singkat alasan yang menjadi pijakan dan pedoman saya menulis buku yang berjudul: Prabowo Subianto  Djojohadikusumo Pemimpin Berbudi Luhur Dan Berkarakter Jujur Dan Bayang-Bayang Tantangan Kemanusiaan Dalam Penyelesaian Akar Konflik Papua Barat. 


Buku ini bukan biografi Prabowo Subianto, melainkan terfokus pada penggambaran karakter-karakter mulia dan jujur yang jarang sekali tidak dilihat dari kebanyakan orang. Kebanyakan orang telah terbangun opini,  mindset dan persepsi negatif yang sempit terhadap Prabowo Subianto. 


Tidak semua karakter mulia dan luhur Prabowo Sibianto yang saya tulis, tapi saya tulis hanya beberapa saja sebagai sebuah jendela hati dan pikiran para pembaca  untuk melihat Prabowo Subianto secara utuh seperti Tuhan Allah melihatnya, tetapi bukan seperti manusia menilainya.


Saya tahu dan sadar, banyak pembaca yang tidak akan terima dan kritik buku ini dan juga secara langsung kepada saya. Berbagai bentuk penilaian, opini, pendapat, komentar dan kritik pasti mengalir deras yang bermuara kepada saya dengan analisa-analisa masing-masing sesuai daya nalar, daya tanggap dan persepsi masing-masing.


Kemungkinan juga ada orang yang akan munculkan komentar dan pendapat bernada pesimis dan kecewa, bahwa Gembala Yoman terjebak dalam kata-kata manis dari Prabowo Subianto. Atau Gembala Yoman tidak kritis, menutup mata, hati, pikiran dan mendukung orang yang rekam jejak buruk, yaitu pelaku  pelanggar HAM berat.


Saya dengan senang hati menyambut dan menerima dari seluruh bentuk kritik, saran, ejekan, penghinaan, penolakan atas buku ini. Tetapi, saya memiliki pijakan, pedoman, pertimbangan  dan hidup,  sehingga saya mengambil keputusan iman dan moral untuk menulis buku ini.  Saya juga didukung dari banyak sahabat, salah satu pesan seorang pendeta sebagai berikut:


"Biarkan saja. Saya percaya kakak.  Bahwa ada bagian yang kakak sedang perjuangkan tetapi orang belum lihat sehingga mereka bingung". (MK, 24 Februari 2024).


2.  Alasan-alasan saya menulis buku ini dengan beberapa tujuan sebagai berikut.


Pertama, saya ingin melihat Prabowo Subianto melihat secara utuh seperti Tuhan Allah melihatnya, tetapi bukan seperti manusia menilainya.  Artinya, saya tidak berada dalam kerangka berpikir kebanyakan orang yang melihat Prabowo Subianto dari sisi gelapnya, tanpa melihat karakter-karakter mulia, talenta, karunia, kemampuan, dan keluhuran budi yang ada dalam hidupnya. Memang, ada fakta, Prabowo Subianto ada rekam jejak yang kelam dan sangat buruk sebagai militer dimasa lalu, yaitu pelaku pelanggaran HAM berat. (Bagian ini akan dibahas bab khusus dalam tulisan ini).


Dalam iman saya ada ajaran Tuhan Yesus Kristus yang ada dalam ayat Alkitab ada tertulis:


“Janganlah kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Sebab dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi, dan dengan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, kamu akan diukur" (Matius 7:1-2).


Kedua, saya melihat karakter-karakter mulia dan keluhuran budi Prabowo Subianto dari mata iman dan mata hati saya. Karakter-karakter mulia itu sebagai  mutiara berharga, harta belian yang dapat diwariskan sebagai legacy kepada seluruh generasi muda Indonesia melalui pernyataan-pernyataan yang keluar dari hatinya dan juga dengan karya-karya nyata bagi rakyat Indonesia. Bagian ini saya akan bahas dalam bab dua dari buku ini.


Ketiga, tulisan ini bagian dari keseimbangan pendapat dari pengamat asing tentang rekam  jejak kelam Prabowo Subianto yang diprediksi Pakar Asing Profesor ilmu politik Asia Tenggara dan masalah keamanan di National War College, Washington DC, Zachary Abuza, yaitu Nasib Papua di Bawah Pemerintahan Prabowo.


Profesor ilmu  politik Zachary Abuza melalui  artikel CNN berjudul: "Once banned from the US, this fiery ex-army general is poised to lead Indonesia. What to expect".


Terjemahan bebas:


"Setelah dilarang di AS, mantan jenderal angkatan darat yang berapi-api ini siap memimpin Indonesia.  Apa yang diharapkan".


Abuza memprihatinkan kondisi di Papua ini akan semakin parah karena rekam jejak Prabowo yang diduga pernah memerintahkan militer untuk menindas masyarakat Papua.


"Dia pernah menyarankan respons militer untuk menghancurkan masyarakat Papua dan saya rasa dia tidak akan menjadi orang yang akan mencari solusi politik".


Abuza menilai Prabowo tidak akan berusaha melakukan negosiasi untuk menyelesaikan permasalahan di Papua, termasuk memberikan otonomi bagi wilayah tersebut.


"Jika ada, Prabowo justru akan meningkatkan kontrol negara".


Apa yang prediksi oleh Profesor Abuza adalah fakta sesuai pengalaman operasi militer di Mappenduma pada tahun 1996 dan kasus penculikan dan pembunuhan aktivis pada 1998 yang melibatkan Prabowo Sibianto. Peristiwa ini dicatat sebagai sejarah kelam kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Negara. Trauma seperti ini memang sulit dilupakan dan itu membutuhkan proses panjang untuk pemulihan dalam ingatan rakyat yang mengalami secara langsung. Memang sulit dan berat. 


Saya tidak mau terjebak dengan paradigma pesimisme pengamat politik akademisi barat yang membebani, menakut-nakuti dan menekan kami, terutama Penduduk Orang Asli Papua Barat dan menyuburkan dan memperkuat perasaan takut dan tertekan. Pengamat asing itu sama seperti menikam dalam luka lama dan luka itu semakin buruk,  memperlebar,  semakin sakit dan sulit disembuhkan.


Yang seharusnya sebagai pengamat, selain persepsi negatif, penting juga diberikan pemikiran-pemikiran segar sebagai jalan penyelesaian akar konflik Papua Barat, bukan mempertebal perasaan dendam, benci, sakit hati, tidak senang dan itu pada gilirannya  hanya membunuh potensi dan telenta serta  kekuatan yang ada dalam diri rakyat dan bangsa Papua Barat untuk berjuang martabat kemanusiaan dan hak hakiki politik kami sebagai sebuah bangsa bukan sebagai sebuah provinsi koloni Indonesia.


Rakyat dan bangsa Papua membutuhkan harapan hidup, pencerahan baru, paradigma baru, persepsi baru, mindset baru, dan solusi-solusi baru, ide-ide segar, tetapi bukan pendapat, analisa dan penafsiran lama yang membawa kami ke jalan ketidakpastian, kecemasan, kekecewaan dan kegelapan. Walaupun demikian, kita perlu waspada atas prediksi-prediksi dan pengamatan para pengamat itu menjadi keprihatinan kita bersamaan.


Syarat utama untuk  penyelesaian akar konflik Papua Barat  ialah kita harus membebaskan atau memerdekakan diri dari  perasaan dendam, benci, sakit hati, kepahitan hati,  tidak senang dan tidak suka kepada orang lain. Seperti biasanya orang sakit tidak biasa menolong orang sakit. Hanya orang sehat yang selalu menolong orang-orang sakit. Orang-orang yang berada dalam penjara kebencian dan dendam tidak pernah membebaskan diri dari  bangsa yang menindas mereka.


Dari perspektif  ini saya percaya bahwa bagi orang-orang yang mau bersahabat dengan jujur dan tulus kepada musuh atau lawan saja yang menyelesaikan persoalan-persoalan sulit dengan semangat kesetaraan,  saling percaya dan saling menghormati. Jalan ke arah itu, harus dirintis dalam persepsi dan paradigma baru dengan standar nilai kejujuran, kebenaran, keadilan dan kasih serta kedamaian. 


Dalam semangat itu, saya berusaha membuka jalan dengan pendekatan perspektif iman Kristiani: Kasihilah Allahmu, kasihilah sesamu, dan kasihilah musuhmu.


Saya selalu tulis apa yang tahu, saya suka dan saya lihat untuk keseimbangan  dengan prinsip saya tidak akan dan tidak pernah korbankan atau gadaikan iman, ideologi,  nasionalisme, dan martabat kemanusiaan saya untuk uang, jabatan atau kedudukan.


Keempat, saya berusaha membekali dan memberikan gambaran kepada  Prabowo Subianto dengan menyampaikan fakta-fakta sejarah sebagai bahan pertimbangan Prabowo untuk melihat akar persoalan Papua Barat dengan persepsi dan perspektif yang berbasis data, kajian ilmiah, obyektif, benar, adil dan jujur.  Kalau ada dukungan fakta-fakta, maka keyakinan saya bahwa Prabowo Subianto dengan keluhuran budi dan karakter yang jujur dapat menyelesaikan akar konflik Papua Barat dengan jujur, benar, adil dan bermartabat. Walaupun, keyakinan saya ini belum tentu benar dan  belum tentu juga menjadi kenyataan. Namun demikian, saya berusaha, karena Tuhan selalu memberkati dan membuka jalan bagi setiap orang yang berjuang dengan tujuan-tujuan mulia untuk kehormatan martabat kemanusiaan. 


Kebanyakan orang bersikap skeptis tentang kepemimpin Prabowo Subianto untuk penyelesaian akar konflik Papua Barat. Dalam keadaan sikap yang kaku dan pesimisme seperti itu, saya mencoba memberikan optimisme dengan memberikan pembekalan kepada Prabowo Subianto Presiden RI terpilih dengan judul buku: 


"PRABOWO SUBIANTO PEMIMPIN BERBUDI LUHUR DAN BERKARAKTER JUJUR  DAN BAYANG-BAYANG TANTANGAN KEMANUSIAAN DALAM PENYELESAIAN AKAR KONFLIK PAPUA BARAT".


Buku ini akan menjadi seperti panduan untuk melihat akar konflik Papua Barat secara utuh. Saya tahu, saya sadar dan saya mengerti, setiap Presiden diberikan otoritas dan tanggungjawab untuk menjaga konstitusi dan keutuhan nasional.


Pertanyaan saya, apakah Presiden RI terpilih yang saya nilai berbudi luhur dan berkarakter jujur ini tetap memelihara akar konflik Papua Barat yang sudah seperti luka membusuk dan bernanah ini?


Kita harus membangun jembatan baru dan kalau sudah ada jembatan lama,  jangan kita bakar jembatannya, tapi kita merawat jembatan, supaya kita bisa melewatinya atau kita bicara berbicara.


Ditolak atau diterima itu nomor yang paling terakhir, tapi mulailah bersuara dari bisikan hati nurani. Berbicara dari hati supaya ke hati. Hindari watak berpura-pura dan menafik. Jangan kita korbankan orang banyak dengan watak penjilat dan tunduk-tunduk.Kita berbicara face to face dituntun nurani suci dan mulia.Kita adalah setara dan sederajat sebagai manusia. Tidak ada yang harus ditakuti di planet ini. Planet ini milik kita bersama. Kita sama-sama menerima cahaya matahari, bulan dan bintang-bintang. Kita harus akhiri semua ketidakadilan dan kejahatan yang merendahkan martabat kemanusiaan di TANAH Papua Barat. 


Kelima, saya tidak berada dalam kotak berpikir atau persepsi sebagian besar atau mayoritas orang yang mendiskreditkan Prabowo Subianto sebagai pelaku kejahatan kemanusiaan. Dan isu ini selalu diolah dan dimanfaatkan oleh lawan-lawan politik atau orang-orang yang sentimen personal dan secara emosi dapat melibatkan sebagian besar orang dengan dibangun opini-opini liar. 


Contoh terbaru dalam debat calon presiden pada 2024. Ganjar Pranowo dengan standar moral yang rendah kepada publik mengatakan: "rakyat jangan memilih presiden pembunuh dan pelanggar HAM." Rocky Gerung menobatkan Ganjar Prakowo adalah orang "angkuh dan bangsat". 


Keenam, saya ingin menyampaikan kepada Prabowo Subianto bahwa kami rakyat dan bangsa Papua Barat cukup lama menderita. Sejak 19 Desember 1961 sampai sekarang, kami merasakan dan mengalami bahwa kami dijajah, dibantai, dimusnahkan, diperbudak, dimiskinkan, disingkirkan/dimarginalkan dari Tanah leluhur kami secara sistematis, masif, meluas, dan kolektif dari penguasa pemerintah Indonesia yang rasialis yang kami pandang selama ini sebagai bangsa kolonial firaun modern.


Ketujuh, saya mau menyampaikan kepada Prabowo Subianto bahwa alasan-alasan atau dasar-dasar rakyat dan bangsa Papua Barat melakukan perlawanan terhadap Pemerintah Republik Indonesia selama ini secara tertulis dalam bentuk buku. Dengan misi utama para penguasa jangan berpura-berpura, bersilat lidah dan menghindar dari akar konflik yang sesungguhnya. 


Kedelapan, saya mau memulai merintis jalan atau membangun jembatan kepercayaan ( the trust brige)  untuk bekerja sama dan duduk dengan Prabowo Subianto Djojohadikusumo  Pemimpin Berbudi Luhur Dan Berkarakter Jujur yang terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia ke-8 dalam upaya untuk Penyelesaian Akar Konflik Papua Barat. Kita harus memulai dengan paradigma, perspektif dan persepsi baru untuk melihat spiral kekerasan Negara, yaitu akar konflik Papua Barat yang sudah kronis atau menahun dan sudah menjadi luka membusuk dan bernanah di dalam tubuh bangsa Indonesia.


Kesembilan, saya berusaha menghindari sifat, watak, hati yang berpura-pura, munafik, bersilat lidah perasaan dendam, benci, sakit hati, kepahitan hati,  tidak senang dan tidak suka kepada orang lain dalam penyelesaian akar konflik Papua Barat yang kronis atau menahun. Motivasi harus benar, murni, jujur dan terbuka karena kita mau berbicara nasib dan masa depan manusia, terutama rakyat dan bangsa Papua Barat. 


Kesepuluh, rakyat dan bangsa Papua Barat, jangan kita tutup mata, fakta  sekarang  ini Prabowo Subianto sudah terpilih menjadi Presiden RI ke-8 dan pasti dan jelas, negara-negara merdeka dan Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) akan mendukung dan mendengarkan dia.  Jadi dalam posisi seperti ini rakyat dan bangsa Papua Barat, terutama para pejuang Papua Barat merdeka berada pada posisi dilematis, maka diperlukan bekerja keras. Rakyat dan bangsa Papua Barat jangan berpikiran dan berpandangan sepertiProfesor ilmu  politik Zachary Abuza (baca: tujuan ketiga di atas). Dalam konteks ini, saya tahu dan mengerti akar konflik Papua Barat adalah persoalan ketidakadilan, martabat kemanusiaan, hak asasi manusia, rasisme,  kesamaan derajat, distorsi sejarah, status politik, rasisme, marjinalisasi, genocide, dominasi kaum pendatamg sebagai tantangan kemanusiaan dan nilai-nilai universal yang berdimensi internasional.  Maka, saya berusaha seperti perkataan Tuhan Yesus:  ”Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh” (Yohanes 21:6). 


Kesebelah, saya melaksanakan perintah amanat Undang-undang Otonomi Khusus nomor 21 Tahun 2001 Bab XII Pasal 46 menjamin Tugas Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk melakukan klarifikasi sejarah Papua...merumuskan dan menetapkan langkah-langkah rekonsiliasi".


Pentingnya Recognition (pengakuan), protection (perlindungan), empowering (penguatan) dan affirmation action (keberpihakan) bagi Penduduk Masyarakat Asli Papua Barat.


Selamat membaca. Tuhan Yesus memberkati. 


Ita Wakhu Purom, 27 Juni 2024


×
Berita Terbaru Update